BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Pada
hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses
komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan
tukar menukar pesan atau informasi antara pendidik dengan peserta didik. Satu
kesatuan dari proses komunikasi belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan
pendidikan di sekolah adalah media pembelajaran. Peranan media pembelajaran pun
menjadi penting karena memiliki nilai praktis dan fungsi yang besar dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang
dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau
peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui
tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang
baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide
yang relatif sempurna dan bermakna, Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek. Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
Maka dari itu dalam makalah ini, akan di bahas tentang
pengertian, klasifikasi dan kriteria pemilihan media pembelajaran yang
bertujuan memberikan gambaran secara lebih detail tentang media pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apakah
makna dari Konsep?
b. Apakah Dasar
Belajar?
c. Apakah Pembelajaran?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini
adalah untuk:
a. Memahami makna Konsep
b. Mengetahui
Dasar Belajar
c. Memahami
makna Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan
berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal
yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian
tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah
pembelajaran. Melalui landasan ilmiah yang disebut dengan konsep dasar inilah
maka semua pihak akan memahami apa itu pembelajaran.
Pada uraian ini akan dibahas
beberapa tema yang berkaitan dengan pembekalan
terhadap pemahaman tentang pembelajaran. Diantaranya juga akan
berhubungan dengan landasan-landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan
komunikasi yang selalu banyak ditemukan dalam sebuah pembelajaran. Sebelum
beranjak pada pembahasan tentang konsep dasar dan landasan-landasan ilmiah dari
pembelajaran, maka penulis merasa perlu untuk memberikan tambahan pemahaman
dasar terhadap pembelajaran ini.
2.1.2 Hakikat
Belajar
Belajar, pada hakekatnya, adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28).
Sedangkan Witherington
(1952) menyebutkan bahwa
“Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan
atau pemahaman”.
Dari beberapa kutipan di atas dapat
disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
a. Belajar merupakan
suatu proses, yaitu
kegiatan yang berkesinambungan
yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b. Dalam
belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
c. Hasil
belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.
d. Adanya
peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional,
sikap dan sebagainya.
Terjadinya proses belajar dapat
dipandang dari sisi kognitif, sebagaimana dikemukakan Bigge (1982) yaitu
berhubungan dengan perubahan-perubahan tentang kekuatan variabel-variabel
hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebisaaan, atau
kecenderungan prilaku. (Willis, 1986:20).
Belajar merupakan suatu proses
interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam, belajar
adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi
belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian
maka manifestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku. Mengenai jenis perubahan tingkah laku dalam proses
belajar ini, Gagne dan Briggs, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil
belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku dalam aspek :
a)
kemampuan membedakan;
b)
konsep kongkrit;
c)
konsep terdefinisi;
d)
nilai;
e)
nilai/aturan tingkat tinggi;
f)
strategi kognitif;
g)
informasi verbal;
h)
sikap ; dan
i)
keterampilan motorik.
2.1.3 Landasan Konsep Pembelajaran
a. Filsafat
Secara filosofis belajar berarti mengingatkan
kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui
melalui proses meniru,
memahami, mengamati, marasakan,
mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga
semuanya memberikan kemudahan
dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan
oleh individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu
kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenaran. Dengan demikian filsafat
apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka kaitannya dengan belajar
ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajarai (belajar) tentang
segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemikiran
tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada
warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
b. Psikologis
Psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan
ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam
proses belajar. Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan
menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi
kognitif dan behavioristik.
c. Sosiologis
Jika dalam belajar tanpa arah
tujuan pada makna hidup manusia sebagai mahluk sosial, maka belajar
akan dijadikan cara
untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu
yang dipelajari, diketahui dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam
menciptakan kondisi Landasan sosilogis ini sangat penting dalam mengiringi
perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman
yang semakin hedonistik. Maka Pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek
sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini.
d. Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat
setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam
prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana
individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dnegan siswa atau interaksi yang
kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Landasan
komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode
dan strategi pembelajaran,serta pola-pola inovasi pembelajaran.
2.1.4 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran hanya menerapkan
kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur
dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar
telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan
kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat
melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik
sesuai dengan pengaturan di dalam SAP.
Proses pembelajaran yang telah
direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain
menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta
feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat
melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses
pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa
lain di samping mengembara didalam dunia pengetahuan lain.
2.1.5 Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran (Instruction)) merupakan
akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuha aktivitas
subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga
dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik,
tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau
media yang harus dipersiapkan.
Demikian halnya juga dengan teaching
system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan
metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas
belajar untuk mencapai tujuan. Kenyataan
bahwa dalam proses
pembelajaran terjadi pengorganisasian,
pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga
katagori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi
dan konsep sistem informasi manajemen.
Meier (2002: 103 ) mengemukakan
bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (Practice),
penampilan hasil (performance).
a.
Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Persiapan pembelajaran itu seperti
mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya
menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat.
b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus
pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi
belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Belajar
adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi
dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan
fokus utama.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus
pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar
keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang
sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun,
apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan
pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh
instruktur atau pendidik.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Belajar adalah
proses mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, pemahaman menjadi
kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan
tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap
melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus
pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan
pengetahuan dan keterampilan baru
mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.
2.1.6 Hasil Belajar dari Pembelajaran
Secara keseluruhan
pemahaman terhadap konsep
dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses.
Maka penulis merasa perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu
proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang
sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik.
a.
Hasil Belajar
Bloom (1956) mengemukakan tiga
ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek
kognitif, Blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu :
1) Pengetahuan;
2) Pemahaman;
3) Pengertian;
4) Aplikasi;
5) Analisa;
6) Sintesa, dan
7) Evaluasi”.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognetif, afektif
maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai
pada yang paling
kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya
peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
b. Motivasi Menuju Hasil Proses
Pembelajaran
Pengaruh motivasi di sini adalah
motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud yaitu
hasil belajar bahasa Inggris. Menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak
yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam
suatu prilaku.
Menurut jenisnya, motif dibedakan
menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutif oleh Syamsudin (1990), yang
dikutif oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
1) Motif primer (primary motive) atau
motif dasar (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari
(unlearned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).
2) Motif skunder (secondary motives)
menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman,
dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Kedalam golongan ini termasuk:
o Takut yang dipelajari (learning
fears).
o
Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi,persetujuan,
status, merasa aman, dan sebagainya ).
o Motif-motif objektif dan interest
(eksplorasi, manipulasi, minat).
o Maksud (purposes) dan aspirasi.
o Motif berprestasi (achievement
motive).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami
sampaikan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa mengajar adalah proses
menciptakan kondisi agar siswa/mahasiswa mengalami proses belajar, maka
guru/dosen harus mampu mengajar secara efektif. Hal itu berarti mengajar secara
efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa/mahasiswa yang
efektif, dan dapat menghasilkan perubahan tingkah laku setelah proses
pembelajaran tersebut. Dan proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang
dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau
peserta didik.
Salah satu peran yang dimiliki oleh
seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai
fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya
dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mampu
melakukan proses pembelajaran ini guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih
dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana
implikasinya dalam proses pembelajaran.
3.2 Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini, Perubahan dan munculnya beberapa konsep dan
pemahamnnya merupakan suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari kebenaran,
menggunakan keberanan dan mengembangkannya untuk kepentingan pemenuhan
kebutuhan hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan upaya merubah
perilaku, sikap, pengetahuan dan pemaknaan terhadap tugas-tugas selama
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman. Arief S., M.Sc ,Seri Pustaka Teknologi
Pendidikan Nomor. 6 Media Pendidikan “Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007.
Sudarwanto. profesionalisme Guru. Artikel:
Yogyakarta. 2005
Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi
Belajar: Rineka Cipta; 1999
Mulyati, Andi Psikologi Belajar:
Jakarta.2008
0 komentar:
Posting Komentar