Kamis, 14 Mei 2015

PASAR BUDAYA UPI 2015 #SriMulya_IRSYAD Pendidikan Ilmu Komputer


RESUME PASAR BUDAYA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam

oleh:

Sri Mulya                    (1407281)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENGETAHUAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
 












Pasar budaya adalah event yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Seni Rupa, Sosiologi serta Management Resort dan Leisure Universitas Pendidikan Indonesia yang memamerkan berbagai budaya yang ada di nusantara ini, seperti kebudayaan Baduy, Tari Benjang, Batik, Gebongan Bali, dan lain-lain.
Event kali ini menerapkan 9 nilai gotong royong dalam penyelenggaraannya yang termanifestasi pada tiap stand yang ada dalam acara, yaitu: perdamaian,
sukacita, disiplin, kerendahan hati, kasih sayang, kearifan, kepedulian, kesabaran, dan kesetiaan.



 


1.      Kerendahan hati
Kerendahan hati merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, apapun posisi kita dan berapapun usia kita, kita harus tetap rendah hati


 2. Kesetianan
Kesetiaan atau loyalitas adalah hal yang penting dalam sebuah masyarakat, dengan ini kesetiaan dalam bermasyarakat merupakan hal yang berkaitan satu sama lain, termasuk di dalamnya memegang kesepakatan.



3. Suka Cita
BERSYUKUR
Ucapan syukur adalah bentuk dasar terimakasih kita atas anugerah Tuhan. Terlepas itu kecil atau besarnya suatu pencapaian . Tanpa adanya rasa syukur akan hal yang kita peroleh, akan jauhlah kita terhadap berkah tuhan dan cenderung serakah dan selalu ada dalam penyesalan akan usaha-usaha yang telah dilakukan.
SUKACITA
sukacita adalah perasaan bahagia layaknya air dalam gelas sampai terisi penuh lalu meluap. Hal ini akan menjadikan alasan kita bersyukur meskipun berada dalam keadaan sulit sekalipun.



 




STAND-STAND DI PASAR BUDAYA UPI 2015

·         Teh tarik



 



·         Es Cincau



 




·         Gudeg Jogja



 

·       Tari Merak




·         Rendang



 




·         Tari Ja’i




·         Wayang Golek








Kesan Dan Pesan Pasar Budaya Upi 2015

Suatu Pagi saya dan teman sekelas mendapat tugas untuk berkunjung ke Pasar budaya tersebut dan membuat laporan mengenai apa saja yang ada di event tersebut. Untuk Pendidikan Ilmu Komputer mendapat jadwal pada hari Selasa, 12 Mei 2015 pukul 11.00.

Pertama datang ke lokasinya kami melakukan pendaftaran di depan Gymnasium, lalu oleh Panitia kami dibagi menjadi 4 kelompok besar berdasarkan warna gelang yang kami dapatkan saat pendaftaran,yaitu merah, kuning, hijau dan biru, saya sendiri masuk menjadi kelompok hijau, setelah dikondisikan, kami memulai dengan menonton video intro di ruang video yang berisi sekilas tentang acara dan aturan-aturan yang berlaku selama event tersebut,setelah itu kami mulai memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke stand yang ditentukan. Untuk kelompok hijau mendapat jatah stand gong perdamaian ambon dan congklak.

Ketika mengunjungi stand gong perdamaian ambon, saya disambut oleh pak Samuel dan bung Alvin sebagai aktor budaya dari ambon, pada awal masuk ke dalam stand tersebut kami sudah di sambut dengan senang hari dan yang lebih menariknya kami disambut dengan di kelilingi oleh kan putih yang harus dilingkarkan disekeliling kami, dan disambut juga dengan ritual simbol meminum air dari gelas yang sama. Kemudian Pak Samuel mulai memberikan pemaparan mengenai gong perdamaian maupun asal muasal pela sebagai resolusi perdamaian.

Gong Perdamaian Ambon merupakan simbol dari kearifan lokal di tanah maluku, yaitu Pela, yang mana merupakan salah satu cara yang digunakan oleh oleh orang-orang disana sebagai resolusi untuk meredakan konflik yang terjadi antar negeri (istilah orang maluku untuk desa) di Maluku. Pela bisa dimaknai sebagai sumpah yang diucapkan dan bersifat mengikat, yang terbagi menjadi 3 jenis,yaitu: pela keras atau pela darah, yang dilakukan dengan mengucap sumpah dan mengiris lengan dengan benda tajam, lalu menempelkan darah tersebut sebagai simbol bersatu, ada pula pela gandong atau pela bangsa, yaitu pela berdasarkan kekerabatan  dan yang terakhir pela tempat sirih. Setiap pela memiliki makna yang sama, yaitu mengikat dua desa atau lebih sebagai satu saudara yang memiliki kewajiban untuk  saling melindungi dan saling peduli. Untuk mengabadikan pela sebagai tradisi yang mendarah daging tersebut, dibangunlah Gong sebagai simbol perdamaian, gong tersebut adalah satu dari  dua gong perdamaian di Indonesia, dan satu dari lima gong perdamaian yang ada di dunia. Pak Samuel juga menceritakan solidaritas yang tinggi antar umat bergama di sana, dimana mereka saling membantu dalam berbagai hal, seperti membangun masjid, dan sebagainya. 

Selain itu beliau menyampaikan suatu cerita tentang tradisi permainan di ambon Maluku,yaitu adanya Bambu Gila dimana itu tradisi dari umat Kristen bambu itu memiliki kekuatan yang super yang terdapat makhluk halus didalamnya yang dipanggil untuk melakukan semacam upacara, bamboo itu biasa di pegang sekitar 5 sampa 7 orang yang memegangnya secara silang. Setelah cerita tentang bambu gila itu, kita di ajak menyanyikan lagu yang berjudul gandong, yang menceritakan bahwa kita telah menjadi bagian dari saudara dan keluarga ambon Maluku.

2.      Bermain Congklak

Untuk stand kedua adalah Congklak, Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang ada di Jawa Barat, kata congklak berasal dari Cong (congkel) dan klak (bunyi biji congklak yang jatuh), dahulu permainan congklak hanya boleh dilakukan oleh anak raja saja, sementara rakyat jelata tidak boleh memainkannya.



 



Congklak memiliki filosofi pada permainannya, yaitu menyebarkan kebaikan yang dilambangkan dengan biji congklak pada tujuh lubang sebagai perlambang hari ditambah satu lubang yang besar untuk melambangkan total kebaikan yang kita raih.  



Bermain congklak seolah mengingatkan kembali pada masa kecil, saya diperkenalkan kembali dan diberi kesempatan bermain congklak dengan salah sato aktor budaya yang ada di stand tersebut yaitu teh Pasa, permainan yang menyenangkan, meskipun hasilnya kalah telak



KESIMPULAN
Nilai yang bisa dipetik dari Stand Gong Perdamaian adalah perdamaian, kasih sayang, kepedulian, dan kesetiaan. Sedangkan nilai yang bisa dipetik dari Stand kedua yaitu congklak adalah kejujuran, kebaikan, kesabaran dan kedisiplinan. Nilai-nilai tersebut jika dikaitkan dengan karakteristik Negara Indonesia yang multikultural sangat perlu diterapkan, karena keanekaragaman tersebut akan menyatu apabila nilai-nilai tersebut diterapkan.

Dan untuk nilai yang bisa dipetik dari Bermain congklak adalah sukacita,kesabaran adalah perasaan bahagia layaknya air dalam gelas sampai terisi penuh lalu meluap. Hal ini akan menjadikan alasan kita bersyukur meskipun berada dalam keadaan sulit sekalipun

0 komentar:

Posting Komentar